Selasa, 11 September 2012

Pondok Pesantren

Hmm,, awalnya persepsi saya mengenai pondok pesantren sering disingkat ponpes adalah tempat para santri yang siap belajar agama dan siap untuk "dipenjara" untuk waktu yang terbilang lama. Bujukan orang tua untuk mendaftarkan diri sebagai santri di ponpes tak berhasil membuatku berpikir lebih lama untuk semua tawaran fasilitas yang akan dipenuhi. Mulai dari alat komunikasi terbaru sampai iming-iming kendaraan beroda empat.. Toh,, kelak (misalnya) kalau sudah berasrama semua fasilitas itu tidak di izikan untuk di pakai di dalam ponpes kan..

Beberapa tahun kemudian, saat sekarang saya sudah mengenyam pendidikan di salah satu universitas Islam Negeri di Makassar yang mempertemukanku dengan banyak kawan yang notabennya dari ponpes membuatku sedikit miris dengan kelebihan dan pengalaman-pengalaman mereka. Mulai dari penguasaan bahasa Arab yang tak lazim di telingaku ketika bercakap sampai pada novel-novel yang telah membuat mataku sedikit terbuka akan dunia 'pesantren'..

Kisah-kisah yang kudapatkan dari mereka maupun dari novel-novel yang saya baca, mengingatkan aku akan satu penyesalan terhadap diriku yang melewatkan moment untuk merasakan dunia pesantren itu seperti apa..

Mencoba untuk menghilangkan ingatan tentang penyesalan masa lalu tersebut, ku coba untuk memberlakukan bujukan yang beberapa tahun silam orang tuaku tujukan padaku, kini ku loncatkan ke adik bungsuku yang baru saja lulus dari sekolah dasar.

Melihat perkembangan emosional, spiritual dan intelektual yang masih terbilang sangat cukup,, ku alihkan lamunan orang tuaku lebih tinggi untuk menyekolahkan adikku itu ke pesantren. kontradiksipun terjadi antara pihak aku & mama dengan papa yang sepertinya berat untuk melepas adik bungsuku itu.. Setelah di bicarakan panjang lebar, singkat cerita kedua belah pihak sepakat. Masalahnya sekarang, si bungsu mau tidak masuk pesantren?

Nah,, sekarang tugasmu nak utnuk yakinkan adikmu! (seru orang tuaku).. I'll try it mom,, semoga saja dengan ajakanku ke kawan-kawan lulusan pesantren untuk bercerita sedikit banyak ke adikku tentang asyiknya bersantri di ponpes dan kisah-kisah nyata yang diangkat dalam beberapa novel yang menceritakan keberhasilan santri-santriwan yang tidak sedikit sebagian besar sudah menjadi 'orang' membuat adik bungsuku mau untuk mencoba dan menjalani dunia ponpes itu..

Tak butuh waktu berminggu-minggu untuk membatnya yakin, cukup waktu seminggu sebelum pendaftaran siswa-siswi baru yang serentak diadakan se Makassar ia pun sudah mulai yakin dan bersemangat untuk mengikuti tes. dan adikku pun lulus. sontak air matanya berjatuhan ntah karena senang ataupun sedikit ketakutan yang kutangkap dari ekor matanya yang seolah-olah di asrama nanti akan membuat dirinya merasa terkurung serasa berada di "penjara suci" (istilah santri-santri yang sudah merasakan tinggal berasrama di pesantren).

Awalnya,, sangat berat bahkan teramat berat untuknya beradaptasi dengan situasi dan lingkungan ponpes Ummul, namun seiring berlalunya hari ke minggu, minggu ke bulan,, ia mulai mengembangkan senyumnya meskipun dengan mata yang memerah dan sangat bengkak karena tiap hari mennagis namun itu yang membuat ia merasa kuat untuk menjalani hari-harinya tanpa masakan mama, bertemu kakak-kakaknya yang super jail (termasuk saya), main bersama teman sebaya di sekitar rumah, dan aktivitas lainnya yang dulu sering di lakukannya.

Menjadi jadwal rutinan buatku dan mama untuk tiap minggu berkunjung ke Ummul untuk menjenguk si bungsu. yaa,, perkembangan  yang terbilang begitu cepat terasa saat kunjungan terakhir di bulan September ini ia mulai bercerita panjang tentang apa saja yang ia lakukan, alami, lihat dan ia dapatkan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Bahkan yang menjadi bahan pembicaraan yang sempat membuat kami tersenyum juga sedikit iba ketika melihat santri-santri lain yang bergilir mendatangi kami sebagai pengunjung untuk meminjam telfon selular untuk menghubungi sanak saudara, bahkan salah seorang santri yang mencoba untuk tabah dan menahan tangis, akhirnya pecah juga kesedihan itu mengingat keluarga mereka tidak bisa selalu menjenguknya karena keluarganya berada di pulau jawa.

Kadang, sayapun merasa sedih saat sendiri di rumah terlebih lagi saat beristirahat tiba, tidak ada lagi yang sering melebarkan kaki bahkan sampai ke perutku saat tertidur, berbicara sendiri (ngigau) dengan bahasa yang aneh-aneh, sesekali suara ngorok itu terngiang di telingaku yang membuatku terbangun dan tersenyum mengingat kebiasaan adikku yang manjanya minta ampun itu. tapi seberapa menjengkelkannya dia, dia tetap adikku yang lucu dan aku sangat menyayanginya, dialah si Anisa..

Kakak yakin kamu bisa menjadi anak kebanggangan mama & papa dek..

Semangat ngafal nya yaaaah.. ^-^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar