Saat kau kembali membawa semuanya..
Tiga tahun telah berlalu dengan kenangan-kenangan yang telah
terukir di kisah hidup kita. Seolah tak akan ada yang sanggup untuk
menggantikan semua yang telah kita lalui bersama. Cerita cinta, kisah lucu,
kasih dan sayang, saling berbagi-menerima, sampai ke kisah sedih pun tak
terhindarkan dari perjalanan kisah cinta kita.
Sekarang kita sudah masing-masing berada dalam kondisi
kedewasaan yang sedang berkembang. Berawal dari langkah sebagai seorang siswa
biasa meloncat ke langkah yang lebih, Mahasiswa. Saat umur mendominasikan
tingkat ego masing-masing untuk memperoleh apa yang kita inginkan, saat
keinginan itu menjadi sebuah keharusan yang tak bisa jika tak terpenuhi, dan
saat hal yang tidak diinginkanpun itu harus terjadi, ego pun mengambil
perannya.
Ketertarikan adam terhadap hawa adalah salah satu kodratNya
yang menjadi anugrah bagi kita, khalifah di dunia ini, begitupun sebaliknya.
Saat ketertarikan itu menampakkan dirinya saat di mana kita masih bersama,
pergejolakanpun tak terhindarkan. Kau pun menjadi sangat protektif. Cara yang
semestinya hanya bermodalkan kepercayaan menjadi alternatif untuk mencari tahu
aktifitas yang ku lakukan saat itu. Mengorek informasi tentang siapa dia dan
maunya apa, sudah jelas di dalam berkas pencarian datamu. Sisa mengambil chip
untuk memastikan bahwa kecurigaan yang tertanam di pikiranmu berharap tidak
benar.
Akupun mulai dekat dengan dia, dan begitupun sebaliknya aku
denganmu, semakin merenggang. Yang ada tiap har hanya tuduhan dan kecurigaan
yang kau lontarkan saat kita berdua. Aku sangat paham arti dari tindakanmu itu,
tapi entah kenapa seiring berlalunya waktu hanya hal itu saja yang kau
kembangkan, seolah-olah arti ‘kepercayaan’ bagimu sudah tak berlaku. Mungkin
waktu itu aku pun bisa di katakan masih ababil, mengambil keputusan untuk
menghentikan yang ku anggap sebagai ‘penindasan’ itu dengan jalan ‘putus’.
Yaah, mungkin itu bisa membuatku terlepas sejenak dari tuduhan dan
kecurigaannya. Tapi masalah barupun muncul.
Akhir dari cerita kecurigaan itupun ialah damai dengan pihak
ketiga. Hubunganku dengan dia pun menjadi temanpun lebih melegakan. Terlepas
dari masalah itu, sekarang keadaanpun berbalik. Cerita yang hampir serupa kau
jalani dengan seorang yang kau katakan sebagai seorang ‘sahabat dekat’. Tentu
saja ku tak kan menghalanginya. Tapi perasaanku sebagai seorang perempuan
sepertinya tidak salah jika menarik kesimpulan dari cerita-ceritamu tentang dia
terhadapmu, dia ada perasaan. Tuhan, ini bukan masalah buatku. Wajarlah kalau
dia menyukaimu. Kalian sangat dekat dengan ruang dan waktu, kau pun baik,
pintar, tampan dan terkadang menjadi periang dan membuat suasana lebih mencair
dengan leluconmu. Kenyataan yang harus kuterima saat itu, kalianpun menjadi
sangat dekat, bahkan hal yang belum pernah sebelumnya kita jalani, kalian
lakoni. Andai kata hal itu hanya segelintir orang yang tahu, mungkin masalah
akan cepat selesai. Tapi seluruh duniapun tahu kalian ada ‘sesuatu’ dengan
bukti yang sengaja kalian pamerkan.
Sakit.. kepercayaan yang justru ku berikan kau lunturkan
dengan caramu yang tidak lazim untuk kau ekspos ke dunia maya. Foto dengan pose
yang sepertinya sepasang kekasih, saling berpegangan dan menatap. Bukankah itu
hal yang berlebihan untuk di katakan bersahabat?
Wake up beib, kalaupun memang waktu itu, kami pun masih di
zona renggang. Akupun tak sanggup lagi untuk meneruskan. Sudah sampai di sini
saja kau menyakitiku dengan sikapmu yang selama ini aku tanamkan padamu
kepercayaan kau balas dengan pengkhianatan.
Arti sahabat yang ku pahami saat itu benar-benar sangat
menghibur dan membantu. Mereka berdatangan untuk menguatkan hati ini yang sudah
hancur lebur karena tingkahmu yang kau anggap biasa itu.
Saat semuanya benar-benar berakhir dan kurasakan benar-benar
kehilangan yang berarti namun meringankan sebagian beban pikiranku, kau datang
dengan alasan kau menyesal dengan semua yang telah kau lakukan. Tapi waktu itu,
aku cuman berkata, arti persahabatan jauh lebih penting di pertahankan
ketimbang cinta yang hanya di pupuki dengan segala kecurigaan bahkan
ketidakpercayaan. Mungkin inilah jalan terbaik untuk kita berdua.
Singkat cerita dari pengorbanan yang tidak kecil untuk
memperbaiki hubungan kita membaik, kita pun kembali ke kondisi yang lebih baik
dengan memberikan kesempatan untuk tidak melakukan kesalahan yang serupa
ataupun yang tidak diinginkan. Tidak lama berselang beberapa bulan, tanpa ada
permasalahan dengan hubunganmu dengan sahabtmu itu tetap saja seperti dulu, kau
yang memintaku untuk mengakhiri hubungan dengan kesan kalau akulah yang
mengatakan kata ‘keramat’ itu. Dengan alasan hanya karena ingin konsentrasi
untuk berkuliah.
Malam harinya, ku meminta untuk menegaskan kembali
permintaannya yang tadi pagi itu. Dan saat setelah dia menegaskannya dengan
kondisi mental yang sudah ku persiapkan untuk menjawab dan mengambil keputusan,
akupun meng’iya’kan permintaannya untuk berpisah. ---------------------------
BROKE
Malam ini kau datang
dengan harapan-harapanmu dan aku yang terdahulu, dengan memancing pembicaraan
kau sedang tertarik dengan seorang perempuan yang ada di luar sana. Dan kau
berharap keterbukaanmu itu terbalaskan. Saat ku tidak memberikan ruang dan
waktu itu untuk keterbukaanku, kaupun kembali seperti dulu lagi, menaruh
kecurigaan sekaligus ‘tuduhan’ yang benar-benar keliru tapi benar menurut
versimu.
DAMN
Biarkanlah waktu yang
menjawab semua yang sedang kita jalani ini..
AKU SUDAH TAK
MENGENALMU, BEGITUPUN KAU TAK AKAN MENGENALKU LAGI..
Biarkan angin yang
membawa kenangan waktu itu jauh, jauh, jauh sekali sampai tak bersisa lagi.
Dan biarkan waktu
yang mengobati semua rasa SAKIT yang aku dan ataupun kau rasa.
Kau bisa jadi yang
pertama, namun bukan berarti itu akan menjadi yang terakhir.
TERNYATA BENAR, SETIA
ITU ..